Tony
Widiastono, mantan redaktur opini harian Kompas, bercerita bahwa suatu ketika
ia mendapat kiriman e-mail dari seorang penulis yang gigih. "Ini adalah
tulisan saya yang ke-150," kata penulis itu. "Saya sudah mengirim 149
opini selama ini. Bila naskah ini pun tetap ditolak, saya tak akan pernah
berhenti menulis." E-mail itu serta-merta membuat Pak Tony terpana. Ia pun
membalas e-mail itu, menyertakan beberapa pengarahan yang penting untuk
diperhatikan si penulis.
Inilah kisah yang disampaikan Pak Tony dalam seminar Guru Menulis di Media
Massa yang dihelat Kompas, Surya, dan Ikatan Guru Indonesia (IGI) beberapa
tahun lalu di gedung PDAM Surabaya. Dalam ceritanya, ada satu pengarahan yang
diberikannya kepada penulis itu, yang penting untuk disimak bersama. Itu
berkaitan dengan fokus dalam penulisan yang perlu diasah oleh setiap penulis
pemula.
Yang dimaksudkan dengan fokus adalah bagaimana seseorang mengeksplorasi suatu
hal (dalam hal di atas berarti sebuah tema atau bidang penulisan) yang menjadi
minatnya secara kontinyu. Seorang ahli syaraf, Richard Restaak, M.D. menyatakan
dalam bukunya Smart and Smarter bahwa jika kita teratur berlatih dan kemudian
dapat memainkan sebuah lagu dengan piano atau mengayunkan golf dengan benar,
maka kemampuan kita akan bertambah. Bukan hanya dalam hal piano atau golf, tapi
hal ini berlaku dalam hal-hal lain.
Kate DiCamillo, yang menulis buku Because of Winn Dixie (sudah difilmkan)
menulis dua halaman sehari. Ia melakukannya pada saat jam empat pagi. John
Petrucci, gitaris rock ternama dari grup band Dream Theater, mengaku berlatih
dua jam sehari untuk melatih empat teknik bergitar yang berbeda. Hasilnya,
mereka menjadi orang-orang dengan produktivitas dan kreativitas yang tinggi.
Karya-karya mereka diakui dunia.
Seringkali kita bosan dengan sesuatu yang dikerjakan rutin. Beberapa kalangan
bahkan tampaknya membenci kata "rutinitas" yang padahal sangat dekat
dengan kata "fokus". Sebagai dalih untuk berinovasi mereka kemudian
menggembar-gemborkan kedinamisan hidup: "Mari kita cari sesuatu yang
baru!" Padahal, tak jarang ajakan itu semata-mata berangkat dari kemalasan
untuk mengerjakan apa yang seharusnya kita kerjakan. Membiasakan kita lalai,
hidup tanpa fokus.
No comments:
Post a Comment
Terima kasih sudah membaca, apalagi sampai mau berkomentar. Semua komentar akan saya usahakan tanggapi balik.