Tuesday, February 23, 2016

Fokus | Catatan 8

Tony Widiastono, mantan redaktur opini harian Kompas, bercerita bahwa suatu ketika ia mendapat kiriman e-mail dari seorang penulis yang gigih. "Ini adalah tulisan saya yang ke-150," kata penulis itu. "Saya sudah mengirim 149 opini selama ini. Bila naskah ini pun tetap ditolak, saya tak akan pernah berhenti menulis." E-mail itu serta-merta membuat Pak Tony terpana. Ia pun membalas e-mail itu, menyertakan beberapa pengarahan yang penting untuk diperhatikan si penulis.

Inilah kisah yang disampaikan Pak Tony dalam seminar Guru Menulis di Media Massa yang dihelat Kompas, Surya, dan Ikatan Guru Indonesia (IGI) beberapa tahun lalu di gedung PDAM Surabaya. Dalam ceritanya, ada satu pengarahan yang diberikannya kepada penulis itu, yang penting untuk disimak bersama. Itu berkaitan dengan fokus dalam penulisan yang perlu diasah oleh setiap penulis pemula.

Yang dimaksudkan dengan fokus adalah bagaimana seseorang mengeksplorasi suatu hal (dalam hal di atas berarti sebuah tema atau bidang penulisan) yang menjadi minatnya secara kontinyu. Seorang ahli syaraf, Richard Restaak, M.D. menyatakan dalam bukunya Smart and Smarter bahwa jika kita teratur berlatih dan kemudian dapat memainkan sebuah lagu dengan piano atau mengayunkan golf dengan benar, maka kemampuan kita akan bertambah. Bukan hanya dalam hal piano atau golf, tapi hal ini berlaku dalam hal-hal lain.

Kate DiCamillo, yang menulis buku Because of Winn Dixie (sudah difilmkan) menulis dua halaman sehari. Ia melakukannya pada saat jam empat pagi. John Petrucci, gitaris rock ternama dari grup band Dream Theater, mengaku berlatih dua jam sehari untuk melatih empat teknik bergitar yang berbeda. Hasilnya, mereka menjadi orang-orang dengan produktivitas dan kreativitas yang tinggi. Karya-karya mereka diakui dunia.

Seringkali kita bosan dengan sesuatu yang dikerjakan rutin. Beberapa kalangan bahkan tampaknya membenci kata "rutinitas" yang padahal sangat dekat dengan kata "fokus". Sebagai dalih untuk berinovasi mereka kemudian menggembar-gemborkan kedinamisan hidup: "Mari kita cari sesuatu yang baru!" Padahal, tak jarang ajakan itu semata-mata berangkat dari kemalasan untuk mengerjakan apa yang seharusnya kita kerjakan. Membiasakan kita lalai, hidup tanpa fokus.

No comments:

Post a Comment

Terima kasih sudah membaca, apalagi sampai mau berkomentar. Semua komentar akan saya usahakan tanggapi balik.