Tuesday, March 1, 2016

Endorsement | Catatan 9

Seorang kawan yang suka membaca buku mengeluh setelah membaca sebagian isi sebuah buku. Ketika saya tanyai sebabnya, dia mengatakan bahwa beberapa endorsement (pujian dari beberapa orang) yang dicantumkan di sampul belakang buku tersebut terlalu berlebihan. "Endorsement-nya hebat, isinya biasa saja." Pendapat kawan saya itu bisa saja subjektif.

Di lain kesempatan, saya mendengar cerita dari kawan penulis bahwa ada seorang tokoh masyarakat yang memberikan endorsement setelah penulisnya memberikan sinopsis bukunya (hanya) lewat sebuah SMS. Bayangkan, tanpa mengetahui isi buku, paling tidak membaca sinopsis utuhnya, endorsement bisa diperoleh.

Mungkin beberapa penulis jadi lebih percaya diri saat ada tokoh kenamaan yang mengucapkan pujian dan pengakuan bahwa karya yang ditulisnya bagus. Tapi, pengakuan yang tak perlu itu ujung-ujungnya menyesatkan. Endorsement seperti itu dapat membuat orang gemar disanjung, anti kritik, lalu tanpa sadar membangun kepercayaan dan kepuasan diri dari pujian yang semu. Membangun popularitas dalam waktu yang singkat adalah mungkin. Namun, mereka yang berpikir panjang biasanya lebih mengutamakan pencapaian yang teruji.

Mungkin kita perlu sedikit belajar dan membandingkan endorsement perbukuan dengan para endorser produk lain, contohnya alat musik. Saya kenal gitaris yang menjadi endorser amplifier. Dia paham benar seluk-beluk amplifier itu. Endorser itu bahkan dikontrak dan dibayar untuk mempromosikan amplifier itu lewat serangkaian acara yang digelar produsen atau promotor. Endorsement dalam perbukuan saya kira sedikit bergeser maknanya, berbeda dengan endorsement amplifier itu. Endorser buku tidak dikontrak, hanya menulis beberapa kalimat pendek yang diterakan di sampul buku atau halaman-halaman awal.

Tidak semua endorsement buku buruk; ada juga yang diberikan setelah seorang endorser menuntaskan pembacaan untuk karya yang dia endorse. Ada juga endorsement yang merupakan kutipan dari sebuah ulasan di media yang dibaca masyarakat luas. Endorsement dapat membantu orang lain menemukan atau menyetujui keunggulan suatu buku, juga produk atau karya lainnya. Ada atau tiada endorsement, toh pembaca nantinya bisa menilai. Karya yang dinilai buruk semestinya memicu seseorang berkarya lebih baik. Karya yang dianggap baik hendaknya membuat seseorang tak mudah berpuas diri.

Juga, yang perlu dicatat, tidak semua penilaian buruk membuat sebuah karya benar-benar buruk. Saya pernah membaca orang yang menilai karya legendaris The Lord of the Rings sebagai karya yang isinya cuma tentang orang berjalan-jalan, lalu memberi satu dari lima bintang untuk novel itu.

Kritik, sebagaimana pujian, juga bisa keliru diberikan. Kritik, sebagaimana pujian, semestinya diterima dengan lapang dada—walaupun tak mudah.

No comments:

Post a Comment

Terima kasih sudah membaca, apalagi sampai mau berkomentar. Semua komentar akan saya usahakan tanggapi balik.