~ Francis
Quarles, penyair Inggris
Sebuah buku
tentang tulis-menulis tampaknya memang tak perlu tebal, apalagi berkaitan
dengan penulisan kreatif. Dalam memoarnya yang terkenal, On Writing, Stephen King menyatakan
berkali-kali bahwa buku tentang tulis-menulis sebaiknya dibuat seringkas mungkin.
Semakin tebal buku itu, semakin banyak pula omong kosong yang termuat di
dalamnya, demikian kurang lebih ia menekankan.
Kegiatan atau
pekerjaan menulis berkaitan langsung dengan tindakan atau praktik. Semua
penulis yang menulis buku tentang penulisan tentunya berharap agar para
pembacanya segera menulis, bukan hanya berpikir atau berangan-angan menulis.
Demikian pula buku ini tampil dengan maksud yang gamblang sejak judulnya
dibaca: Keep Your Hand Moving!
Saat ini,
manakala dunia penerbitan dan perbukuan makin marak dengan munculnya banyak
penerbit dan buku baru, sebuah buku tentang menulis memang dibutuhkan.
Kata-kata yang menjadi judul buku ini diambil dari sebuah buku karya Natalie
Goldberg. Sebuah pemikiran utama yang dicetuskan oleh Natalie -- beliau
disebut-sebut sebagai pengarang yang berhasil dalam menggugah
kesadaran banyak pembacanya untuk membiasakan diri menulis -- yang dikedepankan
oleh Anwar adalah pentingnya setiap orang memacu diri untuk menulis tanpa
memperhatikan dan membimbangkan hal-hal yang berkaitan dengan teknik menulis,
tata-bahasa, atau lainnya yang dapat menjadi penghalang.
Secara garis
besar, buku tipis ini memiliki dua landasan berpikir yang penting. Bagian
pertama adalah bagaimana pembaca mengasah keterampilan menulis dan menangani
naskah. Keep your hand moving adalah
seruan Anwar pada sidang pembaca -- utamanya pembaca pemula yang berniat
menekuni dunia penulisan -- agar mengedepankan suara hati saat menuangkan
gagasan dalam tulisan. Walaupun tulisan itu semrawut
dan tak jelas fokusnya, Anwar hendak menegaskan bahwa yang penting: tulislah!
Setelah
menulis, barulah para pembaca diajak untuk menyusuri kembali apa-apa saja yang
telah ditulisnya. Kali ini Anwar mengajak pembaca untuk mengembangkan dan
mendayagunakan kemampuannya mengolah naskah menjadi sebuah tulisan yang baik
dan bisa dinikmati.
Tulisan yang
baik dan bisa dinikmati adalah tulisan yang oleh penulisnya sendiri digarap
penuh kesungguhan. Sebagai seorang editor yang telah lama berpengalaman menangani
berbagai naskah, Anwar sering lelah melihat naskah-naskah yang tidak serius
digarap oleh penulisnya. Masih banyak penulis yang bergantung pada editor untuk
meneliti naskah -- penulis yang memprihatinkan, yang membaca naskahnya sendiri
tak sempat, atau mungkin malah tak berminat.
Padahal,
seorang penulis bertanggungjawab dalam menghasilkan naskah yang siap-baca.
Seorang penulis harus jadi orang pertama yang menikmati tulisannya, seperti
kutipan di atas. Anwar mengajak sidang pembaca untuk bukan hanya menulis, tapi
mengedit dan memoles tulisan agar tampil lebih indah, bahkan berbobot. Bila
kesalahan-kesalahan kecil seperti penggunaan tanda baca atau penyusunan kalimat
masih banyak dilakukan di sana-sini, maka seorang penulis sebenarnya masih belum
memberikan kemampuan terbaiknya.
Hal ini bukan
berarti tugas dan peran editor dikesampingkan. Namun, editor yang menjadi
penjembatan antara penulis dan pembaca pada nantinya memiliki peran lain yang
tak kalah penting, yaitu mengolah sebuah naskah dengan sedemikian rupa sehingga
pada nantinya bisa diminati oleh masyarakat -- selain tetap mengoreksi, memberi
saran, kritik dan masukan atas naskah yang dieditnya.
Bagian kedua
yang disampaikan dalam buku ini berkaitan dengan bagaimana seorang penulis
"menjual" naskahnya kepada media. Bagian ini perlu dicermati dengan
landasan berpikir bahwa seorang penulis yang baik semestinya memiliki keyakinan
bahwa karya tulisnya sudah tidak memiliki kesalahan sebelum dikirimkan untuk
dipublikasikan ke koran, majalah, atau untuk diterbitkan sebagai sebuah buku.
Anwar juga
menyingkapkan beberapa kemungkinan menerbitkan sebuah naskah. Di sinilah ia
tampak leluasa mengajak pembaca menyusuri bidang penulisan yang menjadi minat
masing-masing. Bukunya ini bisa dibaca oleh orang yang suka menulis tulisan
motivasi, inspirasi, sastra, bahkan artikel-artikel populer.
Hal lain yang
masih termasuk dalam bagian kedua adalah bahasannya tentang motivasi menulis.
Seorang penulis yang berniat agar karya-karyanya laku dijual harus memiliki
strategi mengurangi penolakan. Sebab penulis mana pun tak suka menghadapi hal
ini, walau pada kenyataannya hampir semua penulis pernah mengalami penolakan.
Inilah sebuah hal yang sering meresahkan penulis muda. Anwar menawarkan
beberapa solusi seperti membuat proposal sebelum naskah sebuah buku diajukan;
atau bahkan banting setir merambah bidang penulisan lain yang lebih
mendatangkan keuntungan bila naskah-naskah seorang penulis terlalu sering
mengalami penolakan.
Di sini Anwar
tak hanya melejitkan semangat menulis, membuat pembacanya berapi-api. Anwar
juga mengajak sidang pembaca berpikir realistis. Tak jarang, banyak orang
meninggalkan dunia penulisan gara-gara tak memiliki motivasi yang jelas dan
terencana, lalu putus asa. Bila seseorang merencanakan menulis sebagai sarana
meraih penghasilan, maka seseorang perlu mencari berbagai kemungkinan dan
mengenali tren yang membuat
tulisannya laku dijual. Bila seseorang menulis hanya untuk kesenangan dan
aktualisasi diri, tak perlulah mencoba-coba menjual tulisannya. (*)
Identitas
Buku
Judul: Keep Your Hand Moving || Penulis:
Anwar Holid || Penerbit: Gramedia Pustaka Utama || Tebal: 131 halaman || Cetakan
pertama, 2010
No comments:
Post a Comment
Terima kasih sudah membaca, apalagi sampai mau berkomentar. Semua komentar akan saya usahakan tanggapi balik.