Tuesday, February 16, 2016

Membuat, Mengolah, dan Menerbitkan Tulisan | Catatan 7

"Saya harap Anda dapat kepuasan saat membaca tulisan ini, sebagaimana saya puas saat menulisnya."
~ Francis Quarles, penyair Inggris

Sebuah buku tentang tulis-menulis tampaknya memang tak perlu tebal, apalagi berkaitan dengan penulisan kreatif. Dalam memoarnya yang terkenal, On Writing, Stephen King menyatakan berkali-kali bahwa buku tentang tulis-menulis sebaiknya dibuat seringkas mungkin. Semakin tebal buku itu, semakin banyak pula omong kosong yang termuat di dalamnya, demikian kurang lebih ia menekankan.

Kegiatan atau pekerjaan menulis berkaitan langsung dengan tindakan atau praktik. Semua penulis yang menulis buku tentang penulisan tentunya berharap agar para pembacanya segera menulis, bukan hanya berpikir atau berangan-angan menulis. Demikian pula buku ini tampil dengan maksud yang gamblang sejak judulnya dibaca: Keep Your Hand Moving!

Saat ini, manakala dunia penerbitan dan perbukuan makin marak dengan munculnya banyak penerbit dan buku baru, sebuah buku tentang menulis memang dibutuhkan. Kata-kata yang menjadi judul buku ini diambil dari sebuah buku karya Natalie Goldberg. Sebuah pemikiran utama yang dicetuskan oleh Natalie -- beliau disebut-sebut sebagai pengarang yang berhasil dalam menggugah kesadaran banyak pembacanya untuk membiasakan diri menulis -- yang dikedepankan oleh Anwar adalah pentingnya setiap orang memacu diri untuk menulis tanpa memperhatikan dan membimbangkan hal-hal yang berkaitan dengan teknik menulis, tata-bahasa, atau lainnya yang dapat menjadi penghalang.

Secara garis besar, buku tipis ini memiliki dua landasan berpikir yang penting. Bagian pertama adalah bagaimana pembaca mengasah keterampilan menulis dan menangani naskah. Keep your hand moving adalah seruan Anwar pada sidang pembaca -- utamanya pembaca pemula yang berniat menekuni dunia penulisan -- agar mengedepankan suara hati saat menuangkan gagasan dalam tulisan. Walaupun tulisan itu semrawut dan tak jelas fokusnya, Anwar hendak menegaskan bahwa yang penting: tulislah!

Setelah menulis, barulah para pembaca diajak untuk menyusuri kembali apa-apa saja yang telah ditulisnya. Kali ini Anwar mengajak pembaca untuk mengembangkan dan mendayagunakan kemampuannya mengolah naskah menjadi sebuah tulisan yang baik dan bisa dinikmati.

Tulisan yang baik dan bisa dinikmati adalah tulisan yang oleh penulisnya sendiri digarap penuh kesungguhan. Sebagai seorang editor yang telah lama berpengalaman menangani berbagai naskah, Anwar sering lelah melihat naskah-naskah yang tidak serius digarap oleh penulisnya. Masih banyak penulis yang bergantung pada editor untuk meneliti naskah -- penulis yang memprihatinkan, yang membaca naskahnya sendiri tak sempat, atau mungkin malah tak berminat.

Padahal, seorang penulis bertanggungjawab dalam menghasilkan naskah yang siap-baca. Seorang penulis harus jadi orang pertama yang menikmati tulisannya, seperti kutipan di atas. Anwar mengajak sidang pembaca untuk bukan hanya menulis, tapi mengedit dan memoles tulisan agar tampil lebih indah, bahkan berbobot. Bila kesalahan-kesalahan kecil seperti penggunaan tanda baca atau penyusunan kalimat masih banyak dilakukan di sana-sini, maka seorang penulis sebenarnya masih belum memberikan kemampuan terbaiknya.  

Hal ini bukan berarti tugas dan peran editor dikesampingkan. Namun, editor yang menjadi penjembatan antara penulis dan pembaca pada nantinya memiliki peran lain yang tak kalah penting, yaitu mengolah sebuah naskah dengan sedemikian rupa sehingga pada nantinya bisa diminati oleh masyarakat -- selain tetap mengoreksi, memberi saran, kritik dan masukan atas naskah yang dieditnya.

Bagian kedua yang disampaikan dalam buku ini berkaitan dengan bagaimana seorang penulis "menjual" naskahnya kepada media. Bagian ini perlu dicermati dengan landasan berpikir bahwa seorang penulis yang baik semestinya memiliki keyakinan bahwa karya tulisnya sudah tidak memiliki kesalahan sebelum dikirimkan untuk dipublikasikan ke koran, majalah, atau untuk diterbitkan sebagai sebuah buku.

Anwar juga menyingkapkan beberapa kemungkinan menerbitkan sebuah naskah. Di sinilah ia tampak leluasa mengajak pembaca menyusuri bidang penulisan yang menjadi minat masing-masing. Bukunya ini bisa dibaca oleh orang yang suka menulis tulisan motivasi, inspirasi, sastra, bahkan artikel-artikel populer.

Hal lain yang masih termasuk dalam bagian kedua adalah bahasannya tentang motivasi menulis. Seorang penulis yang berniat agar karya-karyanya laku dijual harus memiliki strategi mengurangi penolakan. Sebab penulis mana pun tak suka menghadapi hal ini, walau pada kenyataannya hampir semua penulis pernah mengalami penolakan. Inilah sebuah hal yang sering meresahkan penulis muda. Anwar menawarkan beberapa solusi seperti membuat proposal sebelum naskah sebuah buku diajukan; atau bahkan banting setir merambah bidang penulisan lain yang lebih mendatangkan keuntungan bila naskah-naskah seorang penulis terlalu sering mengalami penolakan.

Di sini Anwar tak hanya melejitkan semangat menulis, membuat pembacanya berapi-api. Anwar juga mengajak sidang pembaca berpikir realistis. Tak jarang, banyak orang meninggalkan dunia penulisan gara-gara tak memiliki motivasi yang jelas dan terencana, lalu putus asa. Bila seseorang merencanakan menulis sebagai sarana meraih penghasilan, maka seseorang perlu mencari berbagai kemungkinan dan mengenali tren yang membuat tulisannya laku dijual. Bila seseorang menulis hanya untuk kesenangan dan aktualisasi diri, tak perlulah mencoba-coba menjual tulisannya. (*)

Identitas Buku
Judul: Keep Your Hand Moving || Penulis: Anwar Holid || Penerbit: Gramedia Pustaka Utama || Tebal: 131 halaman || Cetakan pertama, 2010

No comments:

Post a Comment

Terima kasih sudah membaca, apalagi sampai mau berkomentar. Semua komentar akan saya usahakan tanggapi balik.