Ditulis untuk dilombakan dalam Kisah Inspiratif MOST (Mandiri Sekuritas) Award 2019
Pada bulan
Oktober 2017, saat hendak menulis sebuah novel baru, saya menonton film The Wolf of Wall Street (Martin
Scorsese, 2013). Film itu membuat saya terkesima. Dunia saham ternyata sangat
menarik dan penuh tantangan. Saya pun mencari-cari beberapa film lain tentang
saham, sempat menonton Wall Street (Oliver
Stone, 1987), Wall Street: Money Never
Sleeps (Oliver Stone, 2010), dan beberapa film lainnya.
Film-film
itu membuat saya ingin menulis sebuah novel tentang pialang saham. Sebelum
Oktober 2017 saya menulis beberapa novel, selain bekerja sebagai guru di
sekolah swasta. Ketika hendak menulis novel baru, saya pun mencari-cari
informasi tentang kehidupan dan pekerjaan pialang saham. Sampai suatu waktu,
pada akhir tahun 2017, saya mampir ke kantor Mandiri Sekuritas di Jalan I Gusti
Ngurah Rai, Pontianak.
Di kantor
itu, alih-alih bertanya dan mencaritahu lebih banyak soal kehidupan dan
pekerjaan pialang saham, saya malah keasyikan mengobrol dengan petugas di sana
tentang dunia saham. Dari obrolan itu pun saya diberitahu, akan ada seminar
saham gratis yang diadakan di kantor itu pada hari Sabtu, 6 Januari 2018. Di
acara itu ada dua pemateri yang menyampaikan tentang analisis teknikal,
analisis fundamental, dan hal-hal lain yang berhubungan dengan saham.
Setelah
mengikuti seminar itu, saya pun membuka rekening sekuritas saya di Mandiri
Sekuritas. Saham ANTM (Aneka Tambang Tbk) dan BBRI (Bank Rakyat Indonesia Tbk)
adalah dua saham pertama yang saya beli. Waktu terus berjalan, saya memperjualbelikan
saham-saham lain seperti ESSA (Surya Esa Perkasa Tbk), ADRO (Adaro Energi Tbk),
JPFA (Japfa Comfeed Tbk), BMRI (Bank Mandiri Tbk), dan masih banyak yang
lainnya.
Pada
beberapa bulan pertama berinvestasi saham, saya suka melakukan trading secara cepat, bahkan beberapa
kali membeli dan menjual saham di hari yang sama, biasanya disebut scalping. Beberapa kali saya beruntung,
dan beberapa kali saya merugi.
Kira-kira
pada akhir tahun 2018, saya mulai mengubah gaya saya dalam bertransaksi saham
karena tidak bisa memantau pasar dan pergerakan harga saham terlalu sering.
Saya memutuskan melakukan swing trading, yaitu
memperjualbelikan saham dalam waktu yang agak panjang, bisa dalam beberapa
minggu atau bulan.
Mulai akhir tahun
2018 saya juga lebih konsisten menyetor uang ke rekening sekuritas saya. Saya
mengoleksi tiga hingga lima saham selama kurun waktu tertentu. Uang yang saya
setor ke rekening sekuritas itu saya belikan saham-saham yang saya koleksi itu.
Syarat utama saham yang saya koleksi adalah berfundamental bagus, dalam arti
reputasinya baik, dikenal luas, dan laporan keuangannya menunjukkan pertumbuhan
usaha. Bila saham yang saya koleksi ada yang naik cukup banyak, saham itu pun
saya jual. Setelah saya jual, uangnya saya belikan saham lain yang harganya
sedang turun.
Saya
bersyukur mengenal saham pada saat masih bekerja. Penghasilan saya sebagai
penulis (royalti buku dan honor menulis artikel) dan guru (gaji) bisa saya
sisihkan untuk terus mengoleksi saham-saham pilihan. Ada orang yang mengatakan
bahwa investasi membuat orang malas, karena yang dilakukan orang itu hanya
menunggu datangnya keuntungan. Saya sebaliknya: saham membuat saya bekerja
lebih giat. Semakin giat saya bekerja, maka akan semakin besar penghasilan saya,
dan dari penghasilan itu makin besar juga uang yang bisa saya investasikan di
saham.
Mungkin,
saya akan menjadi malas (baca: tidak lagi bekerja) kalau keuntungan yang saya
peroleh dari investasi saya sudah cukup untuk membiayai kebutuhan hidup saya, tanpa
harus bekerja. Beberapa orang menyebut keadaan itu sebagai kebebasan finansial.
Bagi saya, untuk sampai pada titik itu, waktunya masih lama. Mungkin akan saya
raih sepuluh tahun lagi, dua puluh tahun lagi—siapa yang tahu?
Capital gain dan dividen (dua manfaat atau keuntungan berinvestasi di saham) yang
saya peroleh dari investasi saham hampir semuanya saya belikan saham lagi. Bila
ada keperluan yang sangat mendesak barulah saya ambil. Pernah juga saya mengambil
capital gain untuk membiayai
perkuliahan magister saya. Syukurlah, saya sudah lulus pada Agustus 2019 lalu.
Tujuan utama saya dari berinvestasi saham adalah mempersiapkan hari tua. Syukur-syukur
kalau nantinya hasil investasi itu bisa juga digunakan untuk hal-hal tak terduga
di masa mendatang yang bermanfaat bagi kehidupan saya atau orang lain yang
membutuhkan.
Sebagai
guru, saya pun kadang mendorong anak-anak murid saya berinvestasi. Bagi saya, anak
yang memahami investasi akan jadi terbiasa menabung bila diberi uang, karena ia
berharap apa yang dia tabung dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan di
kemudian hari. Bila nanti anak itu sudah bekerja atau membuka usaha, menabung
dan berinvestasi akan menjadi prioritasnya setelah menerima gaji atau
memperoleh penghasilan, tak menghabiskan semuanya.
Kesadaran
berinvestasi juga membuat anak lebih visioner, memikirkan hari depan. Hidupnya
pun sederhana karena anak-anak yang melek investasi akan memikirkan fungsi
ketimbang gengsi dalam memperoleh atau memiliki barang-barang konsumsi yang
nilainya selalu menurun, seperti mobil atau beragam gadget.
Itulah beberapa
manfaat positif dari berinvestasi yang sering saya sampaikan. Kalau
direnungkan, itu semua juga berhubungan dengan pembentukan karakter anak,
mereka menjadi lebih cerdas dan bijak dalam menggunakan uang. Bukankah
kurikulum pendidikan kita juga berorientasi pada ‘pembentukan karakter’?
Sebelum anak
atau murid melek investasi, guru perlu memulainya terlebih dahulu. Ke depan,
guru yang melek investasi akan melahirkan generasi yang lebih siap menghadapi
berbagai tantangan dan perubahan zaman. Pelajaran berinvestasi tidak diajarkan
di sekolah-sekolah, guru yang memiliki pengetahuan dan pengalaman tentang
investasi saya kira dapat menularkannya.
Demikianlah
kisah sekaligus harapan-harapan saya di dunia saham. Tentu pembaca masih ingat,
saya ‘kecemplung’ di dunia saham gara-gara hendak menulis novel tentang pialang
saham. Mungkin ada yang bertanya-tanya, apakah novel itu akhirnya jadi saya
tulis? Sayangnya, sampai sekarang masih tertunda. Saya keasyikan belajar
tentang saham setelah memiliki rekening sekuritas, lalai menulis novel. Semoga,
dalam waktu dekat, novel itu bisa mulai saya tulis.
Sidik Nugroho
Pontianak, 5-6 Desember 2019
Dari kisah singkat ini aja uda menggugah aku buat lebih mengenal investasi saham mas. Dari contoh hingga harapan yang ditulis, aku jadi dapat garis besar tentang investasi saham, bahkan untuk yang awam sekalipun akan dapat memberikan gambaran tentang investasi saham.
ReplyDeleteApa lagi kalau dibuat novelnya, pasti bahasan lebih dalam. Aku bayangin novelnya inspiratif dan informatif, kayak novel yang ditulis Dan Brown atau yang lokalnya Dee Lestari, karena dua penulis ini kalau uda meriset tema novel mereka totalitas banget.
Aku emang belum baca juga karya mas yang uda terbit, tapi aku mengikuti dan tau beberapa dari karya mas ada yang uda diterjemahkan ke dl bahasa asing.
Aku malah ngebacot🙏.
Yang jelas tulisan ini bermanfaat banget buat pengantar tentang investasi saham.
Makasi mas.
Whuaaa.... Iyaaaa Pak Sidik. Investasi utk persiapan diri... Semoga bisa ketular juga di lingkungan kerja Pak 😁
ReplyDeleteOoh jadi ini yang membuat pak guru Sidik Nugroho tetap bersemangat ya. Semakin banyak kegiatan
ReplyDeleteHarrah's Cherokee Casino & Hotel - Mapyro
ReplyDeleteFind 제주 출장안마 the 논산 출장안마 best prices on Harrah's Cherokee Casino & Hotel in Cherokee (NC) with detailed driving directions, 경기도 출장마사지 3 km from Main 아산 출장안마 Street.Free WiFi: 8.6Staff: 8.6 Rating: 8.6/10 · 2,060 reviews · Price range: $31-60Is Harrah's Cherokee Casino & Hotel pet-friendly?How far is 의정부 출장마사지 Harrah's Cherokee Casino & Hotel from the airport?